TEORI SOCIAL LEARNING –MARTIN SELIGMAN
& WALTER MISCHEL
Hosianna
Ronauli
19310410032
Psikologi
Keoribadian II
Dosen
Pengampu: Fx.Wahyu Widiantoro S.Psi., M.A
Martin
Seligman lahir pada tanggal 12 Agustus 1942 di Albany New York Amerika Serikat.
Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Princeton dan
lulus pada tahun 1964. Seligman mendapatkan gelar Ph.D. pada tahun 1967 di
Universitas Pennsylvania. Martin E. P Seligman, seorang profesor psikologi di
Universitas Pennsylvania dan pernah menjabat sebagai Presiden American
Psychological Association (APA) mulai berpikir bahwa manusia tidak hanya dapat
dipelajari dari sisi negatifnya saja, tetapi juga dari sisi positifnya. Martin
E. P Seligman menilai selama ini kajian psikologi sering di warnai dengan topik
negatif tentang manusia. Martin E. P Seligman juga berpendapat bahwa psikologi
bukan hanya studi tentang penyakit, kelemahan, dan kerusakan, tetapi psikologi
juga studi tentang kebahagiaan, kekuatan, dan kebajikan (Seligman, 2005).
Psikologi
positif adalah perspektif ilmiah tentang bagaimana membuat hidup lebih
berharga. Martin E. P Seligman dalam pidato pelantikannya mengatakan bahwa
sebelum perang dunia II, psikologi memiliki tiga misi yaitu menyembuhkan
penyakit mental, membuat hidup lebih bahagia, dan mengidentifikasi serta
membina bakat mulia dan kegeniusan.Setelah perang dunia II, dua misi psikologi
yang terakhir diabaikan. Berdasarkan kondisi tersebut maka ditegakkan tiga
tonggak utama psikologi positif, yaitu studi tentang emosi positif, studi
tentang sifat-sifat positif, terutama tentang kekuatan dan kebajikan, dan studi
tentang lembaga-lembaga positif yang mendukung kebajikan (Seligman, 2005).Tujuan
dari psikologi positif adalah memberikan pandangan tentang manusia dari sisi
lain, yaitu dengan cara menampilkan sifat-sifat indah dari manusia. Intervensi
psikologi positif dapat melengkapi intervensi yang ada pada kajian psikologi
yang dinilai masih tradisional, hal itu untuk mengurangi penderitaan dan
membawa puncaknya kepada kebahagiaan (Seligman dan Csikszentmihalyi dalam
Mardliyah, 2010).
Sesungguhnya
berbagai kekuatan yang dimiliki tiap orang dalam dirinya merupakan senjata
utama dalam terapi. Hal inilah yang akhirnya semakin mendorong Martin E. P
Seligman dan para tokoh psikologi positif lainnya untuk membangun
kualitas-kualitas terbaik dalam hidup, tidak hanya sekedar hal-hal buruk yang
telah Berdasarkan latar belakang tersebut maka muncul aliran psikologi modern
yang dinamakan psikologi positif. Bidang psikologi positif terdiri dari
pengalaman subjektif yang positif, kesejahteraan (well-being), kepuasan,
keterlibatan (flow), kegembiraan, kebahagiaan, dan pandangan kognitif yang
konstruktif mengenai masa depan, seperti optimisme, harapan, dan keyakinan
(Seligman dalam Syinder & Lopez CRPUS dalam Mardliyah, 2010). 2.2
Kebahagiaan (Happiness) A. Pengertian Kebahagiaan (Happiness) Kebahagian
didefinisikan sebagai kondisi psikologis yang positif, yang ditandai oleh
tingginya kepuasan terhadap masa lalu, tingginya tingkat emosi positif, dan
rendahnya tingkat emosi negatif (Carr dalam Mardliyah, 2010).
Walter
Mischel lahir di Wina, Austria pada 22 Februari 1930 Kuliah di New York
University & memiliki ketertarikan di bidang seni (lukis & memahat)
Sangat membenci kelas-kelas pengenalan psikologi yang terfokus pada penelitian
tentang tikus. Menyelesaikan Program Masternya dalam psikologi klinis di City
College of New York, sambil bekerja sebagai pekerja sosial di daerah kumuh,
Lower East Side Mengambil studi Doktornya di Ohio State University (1953-
1956), yang saat di kampusnya terbagi menjadi dua kubu (kubu George Kelly &
kubu Jullian Rotter). 1956-1958 di Karibia, ia belajar kultus-kultus agama yang
mempraktikkan pemanggilan roh & mempelajari penundaan dalam kepuasan pada
konteks lintas budaya Mengajar selama 2 tahun di University of Colorado dan
bergabung dengan Dept. Of Social Relations, kemudian pindah ke Stanford & menjadi
kolega Albert Bandura selama lebih dari 20 th Menghasilkan beberapa karya
ilmiah, antara lain : V "Personality and Assessment" (1968) v
"Introduction to Personality" (1971)
Latar
Belakang Teori Sistem Kepribadian Afektif Kognitif Paradoks Konsistensi
Perilaku itu bergantung pada situasi, ada kalanya siswa yang jujur malah
menyontek şaat ujian, padahal dia tidak pernah mencuri atau suka berbohong.
Interaksi antara Situasi dan Kepribadian sebagian besar orang memiliki
konsistensi tertentu dalam perilaku mereka, walter terus menekanakan bahwa
situasi memiliki efek yang sangat penting pada perilaku. Sistem Kepribadian
Afektif Kognitif sistem kepribadian afektif-kognitif yang disebut juga sistem
pemroresan afektif-kognitif adalah penyebab keberagaman perilaku seseorang
dalam situasi yang berbeda, keragaman perilaku seseorang dalam situasi yang
berbeda walaupun sifatnya relatif stabil untuk waktu cukup lama Prediksi
Perilaku. Jika kepribadian merupakan sistem stabil yang terus memproses
informasi situasi eksternal dan internal, maka ketika individu mengahadapi
situasi berbeda, perilaku mereka bisa tetap atau fppt.com berubah.
Variabel-Variabel
Situasi >Ketika pribadi yang berbeda bersikap dengan cara yang mirip.
>Orang akan membentuk perilakunya sesuai situasi. >Namun perbedaan
individual akan mengarah kepada perilaku yang beragam tergantung kebutuhan akan
pekerjaan. > Di sisi lain kejadian yang sama menghasifkan respon yang
berbeda, Unit-Unit Afektif dan Kognitif Strategi Pengkodean Cara manusia
mengkategorikan informasi yang diterimanya dari stimuli eksternal. Strategi
Beberapa Pengaturan Diri Keyakinan terhadap apa yang bisa dilakukan berkaitan
erat dengan kompetensi (Mischet, 1990), mengacu pada susunan luas informasi
yang diperoleh manusia. kompetensi dan
Ekspektansi
dan Keyakinan Pengetahuan mengenai prediksi kekuatan yang dimiliki terhadap
keyakinan akan hasil dan situasi tertentu adalah prediktor perilaku yang lebih
baik dari pada pengetahuan tentang kemampuan bertindak behaviour outcome
expectancy. • Tujuan dan Nilai Manusia bereaksi aktif terhadap situasi. Mereka
menentukan tujuan, rencana untuk mencapainya Nilai, tujuan, minat, dan
kompetensi adalah unit afektif kognitif yang paling stabil. Respon-Respon
Afektif Respon afektif mencakup perasaan dan reaksii fisiologis lainnya. Konsep
kognitif tidak terpisah dari afektif, dengan cara yang sama kompetensi dan
strategi untuk mengatasi masalah, keyakinan dan ekpektansi tujuan dan nilai
seseorang semuanya diwarnai respon afęktif
Sumber:
http://etheses.uin-malang.ac.id/2262/5/09410026_Bab_2.pdf
http://maria_c.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/53220/Teori+Belajar+Sosial+Kognitif+dari+Rotter+dan+Mischel.pdf
Komentar
Posting Komentar